Seiring dengan perkembangan teknologi elektronik, membaca buku di perpustakaan, kini secara bertahap telah digantikan oleh iPhone, iPad, komputer dan produk elektronik lainnya. Dan demi mengembangkan kecerdasan anak, orangtua yang mengunduh game puzzle dan produk pendidikan elektronik lainnya juga semakin universal.
Saat liburan, komputer dan televisi menjadi “teman elektronik”yang paling intim bagi anak-anak,chating di internet menjadi teman sekelas, dan menjadi sarana komunikasi utama antar sahabat. Para ahli mengingatkan, bahwa anak-anak yang terkontak dengan produk elektronik dalam jangka panjang, rentan menderita “sindrom ketergantungan produk elektronik”. Hal ini memiliki efek buruk pada kesehatan fisik dan mental anak-anak, tidak hanya akan mengakibatkan penurunan penglihatan anak-anak, tapi juga akan menderita sindrom leher dan bahu, Carpal tunnel syndrome dan sebagainya. Selain itu, kontak dekat dengan produk elektronik, dan mengabaikan interaksi , akan menyebabkan anak kehilangan rasa realitas dan mundurnya kemampuan sosial, bahkan menyebabkan depresi.
Sebagai seorang ibu dari dua orang anak, Jenny khawatir anak-anaknya akan hanyut dalam godaan elektronik, tenggelam dalam halusinasi, kemudian ia memutuskan membawa anaknya ke perpustakaan untuk membaca. “Lingkungan di perpustkaan, dapat membuat anak-anak membaca dengan tenang. Selain itu, di perpustakaan banyak pertemuan tentang bercerita secara berkala, anak-anak mendengar cerita bersama, kemudian mendiskusikannya bersama,” ujarnya dikutip The Epoch Times.
Nancy Serray dari perpustakan Bull Run, Washington DC, AS, juga mengatakan: “Kami mendorong anak-anak untuk membaca selama liburan, untuk mempertahankan kemampuan membaca, agar tidak tertinggal di garis start. Studi terkait menyebutkan bahwa selama liburan, ada sebagian anak-anak tertinggal hampir dua bulan di belakang, begitu juga dengan kemampuan mereka ikut menurun.”
Sicilia seorang ibu juga sering membawa anak-anaknya ke perpustakaan, ia menuturkan bahwa buku cerita yang bagus dapat membantu anak-anak memperbaiki perilaku yang salah, jauh lebih berguna daripada berkhotbah.
“Saya membawanya ke perpustakaan dan menemukan beberapa buku cerita , kemudian kami membaca bersama, dan memintanya merenungi isi ceritanya.”
Sebuah survei menemukan bahwa anak-anak yang hanya membaca pelajaran sekolah, dan remaja yang sering membaca buku ekstrakurikuler, dimana meskipun prestasi akademik mereka di sekolah tidak menonjol, tapi imajinasi dan kreativitas sangat kuat. Dan karena sering membaca buku ekstrakurikuler, hal yang dipahami mereka secara relatif juga lebih banyak. Dalam perkembangan pada masa depan, kemampuan dan kapasitas mental mereka, akan lebih tinggi daripada mereka yang hanya membaca buku pelajaran formal di sekolah.
Bagi orangtua yang tidak sanggup menanggung ongkos “perjalanan”, Anda bisa mempertimbangkan membaca selaksa buku secara gratis. Jauhkan anak-anak dari dunia ilusi, hayati nuansa nyata kebijaksanaan yang dipancarkan dari dalam buku. [islamaktual/hidayatullah]
0 komentar:
Posting Komentar